Bunga Yang Mungkin Tak Akan Pernah Sempurna

Saturday, January 07, 2017


"Besok kalo aku wisuda buatkan bucket bunga ya?" Aku bahkan lupa kapan kau mengucap kalimat itu. Tapi aku suka kalimat itu, ah.. bahkan aku lupa apa saja yang pernah aku ceritakan padamu, aku amat suka bercerita denganmu, berbicara ngalor ngidul membahas yang tidak jelas.

Aku juga lupa kapan pertama kali kita bertemu, ah...., aku memang pelupa, jadi mengertilah, seharusnya kamu sudah tahu itu.

Aku mengenalmu sebagai teman baik, teman bercerita dan bahkan aku banyak hal yang tak pernah ku ceritakan dengan orang lain, termasuk cerita tentang dia Ah.. iya aku terlalu percaya padamu.

Kamu selalu bertanya padaku apakah aku baik - baik saja, apakah aku tak terluka, kau terlihat selalu menguatkanku, memastikan bahwa aku baik - baik saja.

Kamupun begitu, menceritakan banyak hal kepadaku, menceritakan masa lalumu dan kamu bercerita tentang seseorang. Seseorang yang selalu ada disampingmu, memberi warna di hari - harimu.

****

Hari itu, ketika liburan sekolah, tak sengaja aku coment PM.mu, ah... dan ternyata kala itu aku salah berkomentar, karena ternyata kamu tengah bersama dia, ya dia-ku. Dan apakah kamu tahu, kala itu aku menangis, air mata pertama karenamu. Tapi aku baik - baik saja, iyaa... sejujurnya aku pura - pura terlihat baik, aku tahu kau hanya menguatkan aku dengan kalimatmu "dia ga sengaja ada dideket sini, makanya tak ajak".
Waktu berjalan amat baik, seolah aku membunuh rasa yang ada dihatiku, berpura - pura semuanya baik - baik saja, kamu tetap ada disampingku, bertanya apakah aku baik - baik saja, dan yang pasti kamu selalu memastikan bahwa aku baik - baik saja.

Seiring berjalannya waktu, kamu sering sekali terlihat bersama dia, bahkan kamu sering mengirim foto ketika bersama dia, sampai akhirnya hari itu entah sengaja atau tidak sengaja kamu berkata bagaimana jika kamu dekat dengan dia. Oh... Tuhan, kala itu hatiku seperti tertikam batu sangat keras, sakit sekali, tahukah kamu aku menangis untuk kedua kalinya karenamu, aku menangis ketika kita asyik bercerita, ya.. kala itu aku menangis, meskipun aku menjawab aku baik - baik saja sejujurnya kala itu aku tak baik.

Kala itu aku menangis karena 2 hal, karena aku begitu terluka dan karena aku merasa bodoh, bodoh karena aku tak menyadari bahwa seseorang yang selalu kau ceritakan adalah dia-ku, ya... ternyata mereka adalah orang yang sama.

Entah kenapa, aku masih bisa berpura - pura bahwa aku baik - baik saja, meskipun sejujurnya kalimat aku baik - baik saja didepannya tak berarti bahwa aku baik - baik saja.

******

Dan kini berulang kali aku menangis, menangis ketika aku tahu bahwa kau dan dia telah lama saling dekat. Oh... Tuhan, kenapa aku sebodoh ini baru menyadari semuanya sekarang.

Ketika kamu mulai bercerita tentang potongan puzel - puzel kehidupan kalian dan aku sendiri juga mulai merangkai puzelku sendiri, ah... dan ternyata ada banyak sekali rangkaian cerita yang aku tak tahu. Sepotong demi sepotong cerita mulai terangkai, dan Tuhan,,, aku benar - benar terluka kali ini. Terluka oleh 2 orang sekaligus.

Aku berusaha tegar, berusaha kuat dan berusaha menjawab aku baik - baik saja, meskipun sejujurnya aku tak baik. Aku  ingin terlihat aku bahagia didepan kalian, tapi nyatanya aku tak sanggup, melihat kalian dari berbagai macam sosmed membuat hatiku teriris dan semakin teriris.
Dan kamu benar ketika kamu berkata aku dan dia hanya kepingan masa lalu, tapi sejujurnya kamu harus tahu, selalu ada tempat tersendiri untuk kepingan masa lalu itu.

******

Untukmu...

Maafkan aku karena bunga yang pernah aku janjikan padamu tak akan pernah sempurna.

Maafkan jika aku terlalu egois terhadap perasaanku sendiri, maafkan aku karena bagaimanapun masa lalu berusaha dilupakan, akan selalu ada tempat tersendiri dihatiku.

Maafkan aku jika aku belum sanggup melihat kalian bahagia.

Maafkan aku karena aku selalu memaksamu untuk mengerti aku, tanpa memperdulikan perasaanmu.

Tapi, percayalah....,

Aku disini selalu berdoa yang terbaik untuk kalian, dan aku percaya bahwa semuanya akan baik - baik saja seiring waktu berjalan.

Terimakasih untuk waktumu mendengarkan semua keluh kesahku, mendengarkan kalimat - kalimat yang mungkin juga menyakitimu.

Untukmu dan dia, berbahagialah kalian dalam ikatan janji suci, berbahagialah tanpa pernah mengingat - ingat kepingan masa lalu yang menyakitkan.

You Might Also Like

0 komentar