Kisah Sukses Yana Hawiarifin Berbisnis Keripik Karuhun
Thursday, December 20, 2012
Karena selalu memikirkan masa depan keluarganya yang tak jelas karena keterbatasan ekonomi, Yana Hawiarifin terpaksa putar otak untuk dapat membantu mereka. Sempat jaya dalam bisnis properti tahun 1994, omzet properti secara mendadak anjlok saat krisis ekonomi 1997-1999. Kejadian ini membuat Yana terpaksa meninggalkan bisnis properti.
Setelah diskusi dengan salah seorang keponakannya, lahirlah ide untuk menjual keripik pedas. "Tapi saya pikir harus ada pembeda karena yang jual keripik sudah banyak sekali. Setelah pikir sana-sini kami putuskan bahwa Keripik Karuhun identik dengan renyah dan aroma daun jeruk," jelas Yana saat menceritakan kisah lahirnya keripik Karuhun kepada mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Depok, Jawa Barat, kemarin.
Yana mengaku pada awalnya sulit untuk memperkenalkan Keripik karuhun kepada masyarakat luas. Awalnya Ia menggunakan sanak saudaranya untuk memperkenalkan produknya ke semua teman-teman.
"Saya suruh keponakan-keponakan untuk bawa keripik ke sekolah, bagi-bagi saja ke teman mereka. Tujuannya untuk mengetes pasar," ungkapnya.
Setelah itu ia menggunakan mobilnya yang ditempeli stiker keripik Karuhun berputar-putar keliling Bandung tanpa arah. "Supir sampai bingung mau ngapain sebenarnya, tapi saya bilang jalan saja pokoknya," tambah Yana.
Setelah seminggu berputar-putar tanpa arah akhirnya Yana menentukan titik-titik jualan di Bandung. Namun setelah dua minggu Keripik Karuhun dijajakan di titik-titik yang telah ditentukan, tim penjualan Yana stres. Dua minggu pertama rata-rata penjualan tiap orang hanya 5-6 bungkus. Jika digabungkan penjualan keseluruhan keripik Karuhun hanya 32 bungkus.
"Saat-saat kritis inilah mental seorang pengusaha diuji. Pilihannya hanya dua, mau lanjut atau alih haluan ke bisnis lain. Dan saya pilih lanjut, saya yakinkan mereka bahwa produk kita unik dan pasti akan besar," ujar pria yang memberdayakan semua keponakannya saat pertama kali menjual keripik Karuhun.
Dengan mental pemenang itu, akhirnya keripik Karuhun semakin kesohor di masyarakat. Saat ini penjualan per hari keripik Karuhun dapat mencapai 20 ribu bungkus dengan omzet per bulan mencapai puluhan juta rupiah.
Kesuksesan ini tak lepas dari kreatifitas strategi marketing Yana. Dengan sistem penjualan langsung yang mengadopsi sistem multilevel marketing, Yana memberdayakan mahasiswa dan kaum muda lainnya untuk ikut berjualan.
Dalam seminar "Entrepreneur In Action, Road to Success Entrepreneur" ini Yana juga menuturkan bahwa tiap pengusaha harus punya mimpi, ide-ide, dan aksi. Tanpa mimpi semuanya akan sia-sia karena kita tidak bisa berbuat apa-apa.
"Mengenai ide, tidak perlu repot mencari ide baru, lihat saja sekeliling kita. Nah masalahnya mampu tidak ide tersebut kita lakukan," ujar pria yang biasa dipanggil Abah ini.
Selain itu, Yana pun berpesan kepada para mahasiswa yang ingin serius di dunia entrepreneurship agar konsisten dalam tiap bisnis yang dijalankan. Kuncinya adalah evaluasi dan inovasi.
"Masa awal itu merupakan masa kritis, tapi jangan kemudian meninggalkan begitu saja usaha yang kita bangun. Yakinkan diri kita bahwa kita bisa sukses dengan bisnis ini," nasihat pria kelahiran 6 Agustus 1968 ini.
Setelah diskusi dengan salah seorang keponakannya, lahirlah ide untuk menjual keripik pedas. "Tapi saya pikir harus ada pembeda karena yang jual keripik sudah banyak sekali. Setelah pikir sana-sini kami putuskan bahwa Keripik Karuhun identik dengan renyah dan aroma daun jeruk," jelas Yana saat menceritakan kisah lahirnya keripik Karuhun kepada mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Depok, Jawa Barat, kemarin.
Yana mengaku pada awalnya sulit untuk memperkenalkan Keripik karuhun kepada masyarakat luas. Awalnya Ia menggunakan sanak saudaranya untuk memperkenalkan produknya ke semua teman-teman.
"Saya suruh keponakan-keponakan untuk bawa keripik ke sekolah, bagi-bagi saja ke teman mereka. Tujuannya untuk mengetes pasar," ungkapnya.
Setelah itu ia menggunakan mobilnya yang ditempeli stiker keripik Karuhun berputar-putar keliling Bandung tanpa arah. "Supir sampai bingung mau ngapain sebenarnya, tapi saya bilang jalan saja pokoknya," tambah Yana.
Setelah seminggu berputar-putar tanpa arah akhirnya Yana menentukan titik-titik jualan di Bandung. Namun setelah dua minggu Keripik Karuhun dijajakan di titik-titik yang telah ditentukan, tim penjualan Yana stres. Dua minggu pertama rata-rata penjualan tiap orang hanya 5-6 bungkus. Jika digabungkan penjualan keseluruhan keripik Karuhun hanya 32 bungkus.
"Saat-saat kritis inilah mental seorang pengusaha diuji. Pilihannya hanya dua, mau lanjut atau alih haluan ke bisnis lain. Dan saya pilih lanjut, saya yakinkan mereka bahwa produk kita unik dan pasti akan besar," ujar pria yang memberdayakan semua keponakannya saat pertama kali menjual keripik Karuhun.
Dengan mental pemenang itu, akhirnya keripik Karuhun semakin kesohor di masyarakat. Saat ini penjualan per hari keripik Karuhun dapat mencapai 20 ribu bungkus dengan omzet per bulan mencapai puluhan juta rupiah.
Kesuksesan ini tak lepas dari kreatifitas strategi marketing Yana. Dengan sistem penjualan langsung yang mengadopsi sistem multilevel marketing, Yana memberdayakan mahasiswa dan kaum muda lainnya untuk ikut berjualan.
Dalam seminar "Entrepreneur In Action, Road to Success Entrepreneur" ini Yana juga menuturkan bahwa tiap pengusaha harus punya mimpi, ide-ide, dan aksi. Tanpa mimpi semuanya akan sia-sia karena kita tidak bisa berbuat apa-apa.
"Mengenai ide, tidak perlu repot mencari ide baru, lihat saja sekeliling kita. Nah masalahnya mampu tidak ide tersebut kita lakukan," ujar pria yang biasa dipanggil Abah ini.
Selain itu, Yana pun berpesan kepada para mahasiswa yang ingin serius di dunia entrepreneurship agar konsisten dalam tiap bisnis yang dijalankan. Kuncinya adalah evaluasi dan inovasi.
"Masa awal itu merupakan masa kritis, tapi jangan kemudian meninggalkan begitu saja usaha yang kita bangun. Yakinkan diri kita bahwa kita bisa sukses dengan bisnis ini," nasihat pria kelahiran 6 Agustus 1968 ini.
0 komentar