Menikmati Keindahan Menoreh dari Punthuk Sukmojoyo

Monday, December 28, 2015


"Sekitar 600 meter Mbak, nanti Mbaknya naik terus ngikutin jalan setapak ini aja, ada petunjuk jalannya kok".

*****

Perjalanannya tak begitu jauh, hanya sekitar 20 menit dari Gereja Ayam jika di tempuh dengan sepeda motor, jalannya berupa aspal yang sudah mulus, kami sangat menikmati perjalan, sampai akhirnya kita bertemu dengan mas - mas berwajah galau yang sedang nenteng ember dan alat pancing untuk memastikan jalan, kamipun akhirnya mengikuti saran mas - mas berwajah galau yang menyarankan kami melewati dusun Giri Tengah yang ternyata bukanlah jalan kebenaran, jalan yang tadinya mulus kini berubah drastis menjadi jalan yang ekstrim, jalan yang sebenarnya lebih cocok untuk off road, karena jalannya yang berliku  tajam dan memiki kemiringan hampir 70 derajat, jalannyapun sangat kecil, hanya cukup untuk 1 buah mobil, dan memilih bergantian jalan jika berpapasan. Tapi karena kita bertiga adalah wanita tangguh, di tambah do'a yang terus terucap, akhirnya Aku, Anissa dan dani bisa melewati rintangan dengan selamat, selamat sampai ke tempat parkir.

Biaya yang dikeluarkan untuk parkir huga tak mahal, kita cukup membayar 2.000 rupiah, murah ya, dengan 2.000 perak kita bisa parkir sepuasnya, coba kalau buat beli crepes, ya cuma dapet 1 pcs aja, itupun yang single taste. Sebelum melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki, aku sempet ngobrol - ngobrol sama Mbak yang jaga parkiran, katanya kita masih harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 600 meter, jalannya berupa jalan setapak, sepanjang perjalanan kita akan di suguhi dengan pemandangan berupa perkebunan warga yang rata - rata ditanami jagung.

Karena faktor umur, kaki yang tak sekuat dulu dan nafas yang udah ngos - ngosan, akhirnya kami berjalan sangat pelan, sepelan slow motion, 10 langkah jalan, setengah menit berhenti, begitu seterusnya, sampai akhirnya 15 menit kemudian kami menemukan tanda panah bertuliskan Puthuk Sukmojoyo 100 meter.

Tapi hati kami tak sebahagia yang kalian kira, kami diam memperhatikan jalan setapak di sebelah kiri kami, jalannya lebih lebar dan terlihat lebih landai, beberapa sepeda motor terparkir rapi disana.

'Deeg' Seketika hati kami hancur berkeping - keping, perjuangan yang telah kami lakukan sia - sia, perjalanan 500 meter yang telah kami tempuh dengan susah payah ternyata berakhir menyakitkan.

"Ternyata ada parkiran Mbak disini, hehehe" Kata Anissa kaku.

Kami bertiga saling berpandangan, terasa getir, sampai akhirnya kami bertiga tertawa lepas, menertawakan kebodohan kami bertiga. "Ayo naik, tinggal 100 meter lagi, nanti kita istirahat di atas".

Ternyata ada 2 jalur berbeda menuju puntuk sukmojoyo ini, jalur yang pertama adalah jalur yang kita tempuh tadi, parkiran motor berada di bawah, dan kita harus berjalan kaki sejauh 600 meter (sekitar 15 menit), sedangkan jalur yang kedua ini kita hanya perlu berjalan sejauh 100 meter. (Kalau kalian tangguh seperti kita, silahkan pilih jalur yang bertama).

Jalan menuju Punthuk
Tempat Parkir - 100 meter sebelum punthuk
Jalan menuju Punthuk
Kami berjalan lebih pelan dari sebelumnya, perjalanan 100 meter yang terasa lebih berat dan melelahkan (bukan karena treck-nya, tapi karena kecewanya), tak ada loket penjualan tiket resmi disini, bahkan tarif masukpun tidak ditentukan, kita hanha perlu mengisi kotak sumbangan yang disediakan (tulisannya seikhlasnya).

"Punthuk Sukmojoyo" tulisan didepan kami  menandakan bahwa kami telah melewati perjalananan 100 meter ditambah 500 meter dengan baik (tapi kami masih harus berjalan kakienuju parkiran lagi sejauh 600 meter). Akhirnya kami berdiri di sebuah bukit bernama Punthuk Sukmojoyo, yaitu sebuah bukit yang terletak di ketinggian kurang lebih 1.000 mdpl, tepatnya berada di dusun Krinjing, Giri Tengah, Kecamatan Borobudur, dari Punthuk Sukmojoyo ini kita bisa melihat keindahan perbukitan menoreh, hampir disemua sisi dapat kita temui perbukitan yang hijau, kesejukannya melunturkan seluruh rasa iri tadi, perjalanan kami terbayar lunas, tak sia - sia berjalan sejauh itu.




Disini telah disediakan beberapa gubug atau saung untuk beristirahat, adapula rumah pohon yang hampir mirip dengan Kalibiru, Kulon Progo (beberapa orang mengira fotoku di Kalibiru lho), tapi rumah pohonnya max untuk 2 orang ya, please perhatikan, karena untuk keselamatan juga. Ternyata di puncak Punthuk Sukmojoyo merupakan pesarean atau makam dari Kyai RM Muhammad Soleh, yang merupakan keturunan Prabu Browijoyo V, jadi disini ada aturan yang harus dipatuhi karena sebenernya ini merupakan wisata religi, namun sayangnya kita salah mengartikan, kita hanya berfikir untuk main, bukan untuk berziarah.

Makam Kyai RM Muhammad Soleh


Selain sarean atau makam, disini juga terdapat sebuah goa, bernama Goa Sedeku, aku juga tak terlalu paham sih fungsi dari Goa tersebut, tapi yang pasti itu merupakan Goa yang dulunya digunakan oleh Kyai RM Muhammad Soleh, entah sebagai tempat untuk berdo'a atau untuk tempat lainnya.

Goa Sedeku
Dari tempat ini juga memungkinkan untuk melihan sunrise atau negeri di atas awan kalau pagi hari, sayangnya kami bertiga kesininya agak siangan (karena aku ga bisa bangun pagi) dan cuacanya kurang cerah, tapi tetep bagus kok, ga sia - sia kita berjalan 600 meter.

Berikut beberapa tips kalau kalian jalan - jalan ke Punthuk Sukmojoyo ya :

1. Kalau kalian dapet penjelasan dari Mbak - Mbaknya jalan 600 meter mending turun aja deh, cari jalur yang cukup berjalan 100 meter aja (Kecuali kalau kalian memang niat buat hiking).

2. Jangan pake sepatu / sandal hak tinggi, kemarin aku lihat banyak mbak - mbak yang pakai sepatu hak tinggi, mendingan pake sepatu olah raga atau sandal gunung aja, karena jalannya lumayan licin dan menanjak.

3. Bawa Air Minum, sebenernya disini juga banyak yang jualan sih, tapi alangkah lebih irit kalau bawa dari rumah.

4. Wudhu, buat kalian yang mau mampir untuk berziarah ke makam, lebih baik kalian wudhu di bawah, karena di atas tidak ada sumber air.

You Might Also Like

9 komentar

  1. kurang ijo royo-royo seperti kalibiru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, besok diwarnai aja biar tambah ijo, hehehe

      Delete
  2. walau harus jalan berliku terpuaskan dg alam yg indah ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Tira Soekardi, jalannya waow banget, mendaki gunung turuni lembah, tapi sampai atas terbayar sama keindahannya mbk, ga nyesel pokoknya, hihihi.... ayo mbk maen kesana...

      Delete
  3. Kayak kalibiru ya? Tapi mungkin ga serame kalibiru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya konsepnya kayak kalibiru mbak, tapi kalau kalaubiru kan view.nya danau, kalau ini view.y bukit, ayo mbak maen kesana, mumpubg belum terlalu ramai.

      Delete
  4. wahh pemandangannya indah banget ya meskipun jalan menuju kesana berliku dan susah..

    ReplyDelete
  5. ternyata pemandangannya gak kalah sama kalibiru. Pas ke geraja ayam dulu mau sempet ke sana tapi gak jadi. Baca postingan mbak jadi nyesel, ah.
    (Harus ke sana berarti hehe)
    Nice reportase mbak ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, padahal deket banget lho dari gereja ayam, lain kali harus kesana, ga nyesel pokoknya.

      Delete